Dengan tulisan kita dapat berekspresi tanpa batas

Rabu, 09 Agustus 2017

Resensi Buku Douwes Dekker "Sang Inspirator Revolusi"

Identitas Buku :
Judul Buku                  : Douwes Dekker “Sang Inspirator Revolusi”
Pengarang                   : Seri Buku Tempo
Penerbit                       : Tempo
Tahun Terbit                : 2012
Jumlah Halaman          : xii + 168 halaman

Review :

Sang Inspirator Revolusi




            Di dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, Perancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangatnya lebih menggelora ketimbang penduduk bumiputra. Pemerintah kolonial Belanda menerapkan cap berbahaya kepadanya. Ia, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker atau nama Jawanya adalah Danudirja Setiabudi, orang pertama yang mendirikan partai politik Indonesia. Meski bukan penduduk Indonesia tulen, ke mana-mana Ernest Douwes Dekker selalu mengaku sebagai orang Jawa. Kecintaannya kepada Hindia memang luar biasa. Ia mendedikasikan seluruh hidupnya demi kemerdekaan Indonesia. Sebagai penggerak revolusi, gagasan Ernest melampui zamannya. Tur propagandanya menginspirasi Tjokroaminoto dalam menghimpun massa. Konsep nasionalismenya mempunyai andil saat Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia. Tapi ia hidup di pembuangan ketika proklamasi kemerdekaan dibacakan.
           
            Setiap ucapan dan tulisan Ernest Francois Eugene Douwes Dekker mengundang curiga pemerintah Hindia-Belanda. Ia dianggap agitator berbahaya. Dari rumahnya di kompleks STOVIA, dia menyusupkan pandangan kebangsaan Hindia kepada pemuda-pemuda terpelajar di sekolah kedokteran Jawa. Dan sejarah Republik mencatatnya sebagai motor penggerak zaman baru dengan mendirikan Indische Partij, partai politik pertama Hindia-Belanda yang berdiri pada tanggal 6 September 1912. Di dalam Insische Partij Douwes Dekker berhasil membuat Tjipto Mangoenkoesoemo yaitu kawan lamanya bergabung dengan partai yang ia dirikan dan juga berhasil menarik perhatian  Soewardi Soerjaningrat atau nama lainnya adalah Ki Hajar Dewantara bergabung bersamanya. Mereka membangun Indische Partij bersama dan banyak merekrut anggota baru. Sampai Indische Partij akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

            Berdarah campuran Eropa-Jawa, Ernest Douwes Dekker tumbuh di Pasuruan, kota kecil di pesisir utara Jawa Timur. Jiwa pemberontak pria yang masih memiliki hubungan darah dengan pengarang Max Havelaar, Eduard Douwes Dekker, ini mengental saat bekerja di dua perkebunan di kawasan rumahnya. Melihat kaum pribumi ditindas, Douwes Dekker mundur. Pada usia 20 tahun, ia angkat senjata melawan Inggris di Republik Transvaal, Afrika Selatan. Peluru menembus tubuh Douwes Dekker. Sempat ditahan tentara Inggris, ia dijuluki “anak pemberani”. Petualangan asmara Douwes Dekker tak kalah seru.Douwes Dekker menikah tiga kali, semuanya dengan perempuan Indonesia. Salah satu cucunya yaitu Olave Joan Roemer, cucu setiabudi dari Sieglinde Ragna Sigrid, putri bungsunya, mengaku hanya tiga kali bertemu dengan sang kakek yang tak lain adalah Ernest Douwes Dekker.

            Bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat, Ernest Douwes Dekker dibuang ke Belanda. Di situ pun tiga serangkai ini getol menyuarakan perjuangan Indische Partij. Hukuman berat ia alami saat diasingkan, ke kamp gelap di Suriname, dengan kebutaan yang masih menderanya. Meminjam nama Jopie Radjiman, ia nekat kembali ke Tanah Air untuk terus menyuarakan cita-cita Indische Partij : Kemerdekaan Hindia atau Indonesia.


            Mengaku sebagai orang Jawa yang anti-Belanda, Ernest Douwes Dekker memiliki peran sentral di lingkaran Sukarno saat usia Republik masih muda. Ia sering sowan ke Padepokan Taman Siswa, Sekolah yang didirikan Ki Hadjar Dewantara, bila tak ada kesibukan di Istana Negara. Sang pemberani ini masuk Masyumi karena tertarik ide pergerakan Islam modern yang diusung Natsir. Tak lama setelah dibebaskan Belanda, Douwes Dekker tamat oleh penyakit. Jantungnya lemah, parunya digerogoti bronkitis. Di saat-saat terakhir, ia masih sempat bergurau tentang tubuhnhya yang bernasib sama seperti Republik, “Jalan 100 meter, berhenti didorong-dorong.” 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Kirimin Terpopuler

Puisi

Diberdayakan oleh Blogger.